Beranda | Artikel
KEWAJIBAN SETELAH MENGUCAPKAN LAA ILAAHA ILLALLAAH
Senin, 1 Februari 2021

إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  ( آل عمران:102)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ( النساء:1)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ  ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  ( الأحزاب: 70، 71 )

أَمَّا بَعْدُ

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وآله وسلم، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ

Sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Hidup di dunia harus selalu waspada, tidak boleh lengah sedetik pun. Ancaman godaan setan akan selalu berusaha membelokkan kita dari shirathal mustaqim. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah yang telah memberikan berbagai karunia kepada kita. Keimanan dan ketaqwaan adalah modal penting untuk membangun kehidupan kita di akhirat kelak. Keimanan dan ketaqwaan yang tertanam di dalam dada kita akan menjadi sumber kebahagiaan kita di dunia dan akhirat. Peningkatan ketaqwaan ini, tercermin dengan peningkatan konsistensi kita dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Perlu diingat, bahwa semua perintah dan larangan yang berasal dari Allah sangat bermanfaat bagi seluruh manusia. Tidak ada yang merugikan ataupun menyengsarakan. Semuanya akan melahirkan kebaikan demi kebaikan.

 

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Ta’ala,

 Seorang muslim seyogyanya selalu antusias untuk mengetahui pintu-pintu kebaikan sehingga dapat meraih kebaikan yang banyak dan terselamatkan dari lubang-lubang keburukan. Allah Ta’ala telah membuat kunci pembuka setiap kebaikan dan memudahkan manusia yang ingin melangkahkan kakinya, untuk mengumpulkan kebaikan sebanyak-banyaknya.

Kunci kebaikan yang terbesar dan paling bermanfaat, ialah kalimat tauhid “laa ilaaha illallah”. Kalimat ini adalah fondasi terpenting untuk segala urusan, mata air kebaikan dan kebajikan. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya, dari sahabat Mu’adz bin Jabal berkata: Rasulullah telah bersabda:

مَفَاتِحُ الجَنَّةِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله

Kunci surga adalah persaksian tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. (HR Ahmad, no. 22210).

 

Hadits di atas, meskipun dalam sanadnya terdapat unsur kelemahan, namun maknanya benar, didukung banyak nash, baik dari Al Qur’an maupun Sunnah Nabi.

 Sahabat Umar bin Khaththab meriwayatkan hadits dari Rasulullah yang bersabda:

ما منكم من أحدٍ يتوضَّأ فيبلُغ، أو فيُسْبِغ الوُضوءَ، ثُمَّ يقول: أشهدُ أنْ لا إله إلَّا الله ، وأنَّ مُحَمَّدًا عبدُ الله ورسولُه، إلَّا فُتِحَتْ له أبوابُ الجنَّةِ الثَّمانِيةُ، يَدخلُ من أَيِّها شاءَ

 Tidak ada orang di antara kalian yang mengerjakan wudhu dan menyempurnakannya, kemudian berkata “Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan (aku bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya”, kecuali akan terbuka baginya delapan pintu surga, ia masuk dari pintu yang dikehendakinya. (HR Muslim, no. 234).

 

Hadits di atas sangat tegas menyatakan surga memiliki delapan pintu dan dibuka dengan kunci tauhid, yaitu persaksian tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan persaksian bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Adapun orang yang tidak membawa kunci tauhid, maka kondisinya seperti tertera dalam firman Allah:

لا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga hingga unta masuk ke lobang jarum. (QS Al A’raf : 40).

 

Namun perlu diketahui. kalimat “laa Ilaaha Illallah” yang agung ini, yang merupakan kunci pembuka utama berbagai kebaikan, tidak bermanfaat bagi pengucapnya, kecuali bila dipenuhi hak-haknya oleh orang-orang yang mengucapkannya.

Laa ilaaha Illa Allah akan bermanfaat bagi orang yang memenuhi rukun-rukun dan syaratsyaratnya, seperti dijelaskan oleh Al Quran dan Sunnah.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Wahb bin Munabbih yang ditanya, bukankah Laa Ilaaha IllaAllah kunci surga? Maka beliau menjawab: “Benar, tetapi tidak ada kunci kecuali mempunyai mata kunci. Bila engkau membawa kunci yang memiliki gigi, maka akan terbuka untukmu. Jika tidak, maka akan tetap tertutup”.2

Maksud beliau adalah pelaksanaan nilai-nilai yang menjadi konsekwensi pengucapan Laa Ilaaha Illallah.

Melalui penelaahan dalil-dalil dalam Al Qur’an maupun Sunnah, para ulama menyimpulkan bahwa Laa Ilaaha Illallah mengandung tujuh syarat.

 

Syarat Pertama, keharusan mengetahui makna Laa Ilaaha Illallah,

sehingga dapat melepaskan dirinya dari belenggu kebodohan terhadapnya.

Maksudnya, orang yang mengucapkan kalimat thayyibah ini harus mengetahui maknanya bahwa segala ragam ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata dengan sepenuh ketundukannya. Allah berfirman:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

Hanya kepadaMulah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan. (QS Al Fatihah:5).

Allah berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ

Ketahuilah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Allah. (QS Muhammad:19).

 

Juga firman Allah:

وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, tidak dapat memberi syafaat, akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakininya. (QS Az Zukhruf:86).

 

Para ahli tafsir mengatakan: “(Maksudnya) kecuali orang yang bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan mereka mengetahui makna yang mereka persaksikan dengan hati dan lisannya”.

Nabi menegaskan syarat ini dalam sabdanya:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَاإِلَهَ إلَّا اللَّهُ دَخَلَ الجّنَّةَ

Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Allah, niscaya akan masuk surga. (HR Muslim, no: 26).

 

Hadirin sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Syarat kedua, adanya keyakinan yang mantap,

yang mengisi hati pengucapnya, tidak terselipi rasa keraguan sedikitpun. Keyakinan seseorang adalah cerminan kesempurnaan ilmunya. Allah menceritakan karakter orang-orang yang beriman dengan firmanNya:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا

وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

(QS Al Hujurat: 15).

 

Rasulullah n menyisipkan syarat kedua ini dalam sabdanya:

أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إلَّا اللهُ وَأنِّي رَسُولُ اللهِ لاَ يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٌّ فِيهِمَا إلَّا دَخَلَ الجَنَّةَ

 Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan aku adalah utusan Allah. Tidak ada seorang hamba yang bertemu dengan Allah dengan keduanya tanpa ragu-ragu, niscaya akan masuk surga”. (HR Musllim, no. 27).

 

Syarat ketiga, kewajiban selanjutnya bersikap ikhlas yang dapat mengalahkan kesyirikan dan riya‘.

Caranya, dengan memurnikan dan membersihkan amalan dari noda-noda yang merusak, baik yang terlihat maupun yang tidak ampak. Rasulullah bersabda:

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَاإِلَهَ إلَّا اللهُ خَالصً مِنْ قَلْبِهِ أَو نَفْسِهِ

 Insan yang paling berbahagia dengan syafaatku ialah orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas dari relung hatinya. (HR Bukhari, no. 99).

 

Syarat keempat, orang tersebut harus jujur dalam ucapannya,

ungkapan lidahnya sesuai dengan kata hatinya. Inilah kejujuran. Oleh karena itu, Allah mencela kaum munafiqin dengan firmanNya:

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ

وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

Apabila orang-orang munafik dating kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar utusan Allah”.Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar RasulNya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta. (QS Al Munafiqin:1).

 

Dalam ayat tersebut, Allah menghukumi mereka dengan kedustaan, lantaran ucapan lisan mereka tidak terpatri dalam hati.

 

Syarat kelima, adalah perwujudan mahabbah (cinta) terhadap Allah, RasulNya, agama Islam dan kaum muslimin yang melaksanakan nilai-nilai Islam.

Dan sekaligus membenci orang-orang yang mengingkari Laa Ilaaha Illallah dengan mengerjakan perbuatan terlarang, baik yang berupa syirik ataupun kekufuran. Dalil yang menunjukkan syarat ini ialah firman Allah:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS Al Baqarah:165).

 

Dalam hadits, Rasulullah bersabda:

اَوْثَقُ عُرَى الإِيْمَانِ الحُبُّ فِي اللَّهِ والبُغْضُ فِيْ اللَّهِ

Tali ikatan iman yang terkuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (Ash Shahihah, 1728).

 

Syarat keenam, yang harus dilakukan seorang muslim yang bertauhid, ialah menerima kalimat yang sangat bermanfaat ini dengan kepasrahan total atau qabul.

Tidak ada unsur perlawanan, penolakan ataupun congkak terhadapnya. Allah telah menjelaskan, bahwa ucapan Laa Ilaaha Illallah dapat menyelamatkan orang yang menerimanya dengan sepenuh hati dan kepasrahan. Allah berfirman:

ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا

Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman. (QS Yunus:103).

 

Dalam firman yang lain, Allah menceritakan balasan orang yang enggan menerima kalimat ini dengan firmanNya :

إِنَّهُم كَانُوا إِذَا قِيْلَ لَهُمْ لآإِلَهَ إلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ

Sesungguhnya mereka dahulu bila dikatakan kepada mereka “Laa Ilaaha Illallah”, (maka) mereka meyombongkan diri. (QS Ash Shaffat:35).

 

Syarat ketujuh, bahwa orang yang mengikrarkan kalimat Laa Ilaaha Illallah, ialah membuktikannya dengan ketaatan dan ketundukan terhadap kandungan kalimat tauhid ini.

Sebab, orang yang mengucapkannya, ia harus taat terhadap aturan Allah dan tunduk pada hukumNya, serta berserah diri di hadapanNya. Dengan demikian, orang tersebut disebut sebagai muslim yang berpegang teguh dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah. Allah berfirman:

وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلىَ الله وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الوُثْقَى

Dan barangsiapa menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia orang yang berbuat kebaikan, sesungguhnya ia telah berpegang teguh dengan tali buhul yang kokoh. (QS Luqman:22).

 

Inilah tujuh syarat yang terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha Illallah. Kalimat ini tidak hanya  untuk dilafazhkan saja, tetapi lebih dari itu, diharuskan mengartikulasikan kandungan dan konsekwensinya, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam perkara yang dapat menghancurkan keimanan. Oleh karena itu, seorang muslim dituntut untuk mengetahui, sekaligus mengamalkannya dengan baik, agar menjadi golongan yang bertauhid dengan sebenarnya.

 

أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المُسلِمِينَ والمسلماتِ من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

إن الحمد له تحمده ونستتعيئه و نستغفره و نعود بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له أشهد أن لا إله إلا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده و رسوله صلى الله عليه وسلم تسليما كثيراً

Sidang shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Memahami makna Laa Ilaaha Illa Allah yang sering kita ucapkan adalah sumber kebaikan. Karena itu, modal yang penting ini harus kita perhatikan dengan baik, sebab berkaitan dengan Allah Ta’ala. Bila kita mengkaji dan menelaahnya dengan baik, berarti kita akan lebih mengenal Allah, Sang Pencipta. Ini akan semakin meningkatkan keimanan dan rasa takut seorang hamba kepadaNya. Maksiat dan laranganlarangan Allah akan selalu dijauhi. Ada sebuah ungkapan, orang yang paling mengenal Allah, dialah orang yang paling takut kepadaNya.

Marilah kita berdoa, memohon kekuatan kepada Allah, agar Dia selalu melindungi dan membimbing kita dengan kebaikan dan kebenaran.

 

اَللَّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَـبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَ لَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلَّا لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا ءَاتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةٌ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ وَسَلِّمَ عَلَى مُحَمَّدٍ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً وَ آخِرُ دَعْوَانَا الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/khutbah-jumat/kewajiban-setelah-mengucapkan-laa-ilaaha-illallaah/